AJAIBNYA MENUNGGU
Siang,,,
manusia-manusia itu, kembali tumpah ruah,
memenuhi lorong berliku membentuk sudut siku-siku,
mereka duduk membisu, di atas jejeran keramik-keramik yang juga ikut membisu,
di kedalaman keramik, terlihat gambaran kerut penantian, menunggu,
pada kilauannya, gambaran kecemasan tertata rapi,
kecemasan yang diciptakan oleh janji-janji liar dan tak pasti, dari secuil kerumitan sistem kampus,
sistem yang pernah berhasil menuntun manusia-manusia itu menuju kebingungan,
terutama akan makna waktu yang telah dihabiskan secara entah, entah mubazir, entah produktif,
kali ini, semuanya hadir sesak,
demi sebuah alasan yang masih ada, mengada, dan berada,
untuk apa?
manusia-manusia itu, kembali tumpah ruah,
memenuhi lorong berliku membentuk sudut siku-siku,
mereka duduk membisu, di atas jejeran keramik-keramik yang juga ikut membisu,
di kedalaman keramik, terlihat gambaran kerut penantian, menunggu,
pada kilauannya, gambaran kecemasan tertata rapi,
kecemasan yang diciptakan oleh janji-janji liar dan tak pasti, dari secuil kerumitan sistem kampus,
sistem yang pernah berhasil menuntun manusia-manusia itu menuju kebingungan,
terutama akan makna waktu yang telah dihabiskan secara entah, entah mubazir, entah produktif,
kali ini, semuanya hadir sesak,
demi sebuah alasan yang masih ada, mengada, dan berada,
untuk apa?
Comments