TEKNIK SIPIL VS GAYA dan MOMEN
Teori yang menjadi sentral dalam bidang ilmu Teknik Sipil adalah Keseimbangan. Bayangkan jika sebuah bangunan tidak memperoleh keseimbangan, maka berita yang akan terdengar adalah keruntuhan. Keseimbangan menjadi dasar dari cabang ilmu mekanika. Mekanika adalah ilmu terapan yang berhubungan dengan Gaya dan gerak. Keseimbangan adalah suatu kondisi di mana, suatu sistem gaya yang bekerja pada suatu benda menyebabkan benda tersebut berada dalam keadaan diam. Dalam disiplin ilmu teknik sipil, ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara gaya-gaya yang bekerja pada suatu benda tegar yang berada dalam keadaan diam disebut sebagai statika. Jika hal tersebut dikaitkan dengan gaya-gaya yang berasal dari luar, maka ilmu tersebut disebut sebagai kekuatan bahan (strength of materials). Kekuatan bahan adalah bidang studi yang merupakan bagian dari mekanika, yang mempelajari tentang hubungan antara gaya-gaya yang bekerja pada suatu benda atau gaya luar atau gaya dalam yang ditimbulkan olehnya. Di sini nantinya akan dikenal dengan yang namanya Deformasi.
Gaya dan momen merupakan dasar dari statika dan kekuatan bahan. Atau dengan kata lain, memahami tentang statika, kekuatan bahan, dan keseimbangan, tidak akan terlepas dari pemahaman terhadap Gaya dan Momen. Dapat disimpulkan bahwa, salah satu materi yang paling penting dalam bidang ilmu Teknik Sipil yang harus dikuasai oleh parapenggelut bidang ketekniksipilan adalah Gaya dan Momen.
Gaya adalah interaksi antara benda-benda. Interaksi ini dapat menyebabkan benda-benda tersebut mengalami perubahan bentuk atau gerak, bahkan bentuk dan gerak sekaligus. Gaya adalah sesuatu yang kasat mata, tidak dapat dilihat tetapi bisa dirasakan dan ada disekitar kita. Oleh karena itu, dalam aplikasinya gaya selalu digambarkan sebagai garis yang merupakan simbolisasi dari besaran vektor. Besaran Vektor adalah suatu besaran yang mempunyai besar, arah, garik kerja, dan titik tangkap.
KONSEP GAYA DAN MOMEN
Vektor Gaya.
Vektor adalah besaran yang mempunyai besar dan arah. Beberapa contoh besaran vektor adalah: gaya dan momentum. Vektor berperan besar dalam menunjukkan ke arah mana gaya tersebut bekerja (Sukanto, 2006: 6). Sehingga memahami gaya tidak bisa terlepas dari bagaimana memahami vektor. Vektor gaya adalah sesuatu yang kasat mata, tidak bisa dilihat tetapi dapat dirasakan. Sebuah vektor gaya digambarkan oleh sebuah anak panah seperti pada Gambar.
Vektor Gaya-gaya biasanya disimbolkan dengan huruf F atau P dengan pengecualian huruf K untuk gaya tekuk dan huruf R bagi suatu gaya resultante. Untuk beberapa gaya, maka akan diberi indeks, misalnya: P1, P2, dan sebagainya.
Untuk macam-macam gaya yang bekerja pada suatu benda, maka gaya tersebut dapat digantikan oleh satu gaya yang memberi pengaruh sama seperti yang dihasilkan dari bermacam-macam gaya tersebut, yang disebut sebagai resultante gaya (Murfihenni, 2014: 28).
Gaya adalah suatu besaran vektor yang mempunyai arah, garis kerja gaya, dan titik tangkap. Garis kerja gaya adalah suatu bidang/jejak yang dilalui oleh arah kerja gaya tersebut. Titik tangkap gaya adalah titik permulaan dari gaya. Titik tangkap dapat berpindah sepanjang garis kerja gaya (Wesli, 2010: 3).
Konsep vektor yang berkaitan dengan gaya adalah tentang penggambaran gaya yang berupa garis yang menghubungkan satu titik ke titik selanjutnya. Sehingga beberapa konsep vektor yang sangat penting sebagai dasar pemahaman terhadap gaya adalah Penjumlahan Vektor, Selisih Vektor, Komponen Vektor, dan lain-lain (Sutarman, 2013: 1-4). Untuk penjumlahan dan pengurangan beberapa vektor maka dapat dilaksanakan dengan cara grafis dan analitis.
TUMPUAN
Gaya adalah interaksi antara benda-benda. Interaksi ini dapat menyebabkan benda-benda tersebut mengalami perubahan bentuk atau gerak, bahkan bentuk dan gerak sekaligus. Gaya adalah sesuatu yang kasat mata, tidak dapat dilihat tetapi bisa dirasakan dan ada disekitar kita. Oleh karena itu, dalam aplikasinya gaya selalu digambarkan sebagai garis yang merupakan simbolisasi dari besaran vektor. Besaran Vektor adalah suatu besaran yang mempunyai besar, arah, garik kerja, dan titik tangkap.
KONSEP GAYA DAN MOMEN
Vektor Gaya.
Vektor adalah besaran yang mempunyai besar dan arah. Beberapa contoh besaran vektor adalah: gaya dan momentum. Vektor berperan besar dalam menunjukkan ke arah mana gaya tersebut bekerja (Sukanto, 2006: 6). Sehingga memahami gaya tidak bisa terlepas dari bagaimana memahami vektor. Vektor gaya adalah sesuatu yang kasat mata, tidak bisa dilihat tetapi dapat dirasakan. Sebuah vektor gaya digambarkan oleh sebuah anak panah seperti pada Gambar.
Vektor Gaya-gaya biasanya disimbolkan dengan huruf F atau P dengan pengecualian huruf K untuk gaya tekuk dan huruf R bagi suatu gaya resultante. Untuk beberapa gaya, maka akan diberi indeks, misalnya: P1, P2, dan sebagainya.
Untuk macam-macam gaya yang bekerja pada suatu benda, maka gaya tersebut dapat digantikan oleh satu gaya yang memberi pengaruh sama seperti yang dihasilkan dari bermacam-macam gaya tersebut, yang disebut sebagai resultante gaya (Murfihenni, 2014: 28).
Gaya adalah suatu besaran vektor yang mempunyai arah, garis kerja gaya, dan titik tangkap. Garis kerja gaya adalah suatu bidang/jejak yang dilalui oleh arah kerja gaya tersebut. Titik tangkap gaya adalah titik permulaan dari gaya. Titik tangkap dapat berpindah sepanjang garis kerja gaya (Wesli, 2010: 3).
Konsep vektor yang berkaitan dengan gaya adalah tentang penggambaran gaya yang berupa garis yang menghubungkan satu titik ke titik selanjutnya. Sehingga beberapa konsep vektor yang sangat penting sebagai dasar pemahaman terhadap gaya adalah Penjumlahan Vektor, Selisih Vektor, Komponen Vektor, dan lain-lain (Sutarman, 2013: 1-4). Untuk penjumlahan dan pengurangan beberapa vektor maka dapat dilaksanakan dengan cara grafis dan analitis.
Penjumlahan Vektor Menggunakan Metode Grafis dan Analitis
Vektor yang
dihasilkan dari penjumlahan beberapa vektor disebut sebagai resultan resultan.
Artinya gaya yang merupakan hasil dari penjumlahan beberapa gaya disebut
sebagai resultan gaya atau gaya resultan.
1) Resultan Dua Vektor Sejajar
Misalnya, Anda
berangkan ke SMK Negeri 2 Surabaya dengan mengendarai sepeda motor. Tiga puluh
menit (30 menit) pertama, Anda bergerak lurus ke timur dan menempuh jarak
sejauh 50 km. Setelah istirahat secukupnya, Anda kembali melanjutkan perjalanan
lurus ke timur sejauh 30 km lagi. Di lihat dari posisi asal, Anda telah
berpindah sejauh sejauh 50 km + 30 km = 40 km ke timur. Dikatakan, resultan
perpindahan Anda adalah 80 km ke timur. Secara grafis, perpindahan Anda seperti
diperlihatkan pada gambar.
Sedikit
berbeda dengan kasus tersebut, misalnya setelah menempuh jarak lurus 50 km ke
timur, Anda kembali lagi ke barat sejauh 30 km. Relatif terhadap titik asal,
perpindahan Anda menjadi 50 km – 30 km = 20 km ke timur. Secara grafis,
perpindahan Anda diperlihatkan pada Gambar.
2) Resultan Dua Vektor yang Saling Tegak Lurus
Misalnya, Anda
memacu kendaraan Anda lurus ke timur sejauh 40 km dan kemudian berbelok tegak
lurus menuju utara sejauh 30 km. Secara grafis, perpindahan Anda seperti
diperlihatkan pada Gambar. Besar resultan perpindahannya, r, diperoleh
menggunakan Dalil Pythagoras, yakni sebagai berikut:
Secara analitis,
resultan kedua gaya atau r dapat
dicari menggunakan rumus Pythagoras berikut:
Dari
contoh kasus tersebut, jika dua buah vektor, A dan B, yang saling tegak lurus
akan menghasilkan vektor resultan, R:
3) Resultan Dua Vektor yang Mengapit Sudut
Sekarang tinjau
dua buah vektor, A dan B, yang satu sama lain mengapit sudut seperti yang
diperlihatkan pada Gambar a. Gambar vektor resultannya dapat diperoleh dengan
cara menempatkan pangkal vektor B di ujung vektor A. Selanjutnya, tarik garis
dari titik pangkal vektor A ke titik ujung vektor B dan buatkan panah tepat di
ujung yang berimpit dengan ujung vektor B. Vektor inilah, R, resultan dari
vektor A dan B. Hasilnya seperti diperlihatkan pada Gambar b.
Besar vektor resultan, R, dapat ditentukan secara
analitis sebagai berikut. Perhatikan Gambar berikut.
Vektor C dan D diberikan sebagai alat bantu sehingga
vektor A + C tegak lurus vektor D dan ketiganya membentuk resultan yang sama
dengan resultan dari vektor A dan B, yakni R. Dengan menggunakan Dalil
Pythagoras, besarnya vektor resultan R adalah:
4) Selisih Dua Vektor yang Mengapit Sudut
Vektor A dan
vektor -A, memiliki besar yang sama, yakni |A| = |–A| = A, tetapi arahnya
berlawanan seperti diperlihatkan pada Gambar 1. Selisih dari dua buah vektor,
misalnya vektor A – B, secara grafis sama dengan jumlah antara vektor A dan
vektor –B, seperti diperlihatkan pada Gambar 2. Secara matematis, vektor
selisihnya ditulis R = A – B.
5) Melukis Resultan Beberapa Vektor Dengan Metode Poligon
Jika terdapat tiga buah vektor, A, B, dan C, yang besar dan arahnya berbeda seperti diperlihatkan pada Gambar (a), resultannya dapat diperoleh dengan cara menggunakan metode poligon, yakni sebagai berikut.
a. Hubungkan titik tangkap vektor B pada ujung vektor A dan titik pangkal vektor C pada ujung vektor B.
b. Buat vektor resultan, R, dengan titik tangkap sama dengan titik pangkal vektor A dan ujung panahnya tepat di titik ujung vektor C.
Menjumlahkan Vektor Menggunakan Metode Uraian
1) Menguraikan Vektor Menjadi Vektor Komponennya
Sebuah vektor
dapat diuraikan menjadi dua buah vektor yang saling tegak lurus. Vektor-vektor
baru hasil uraian disebut vektor-vektor komponen. Ketika sebuah vektor telah
diuraikan menjadi vektor-vektor komponennya, vektor tersebut dianggap tidak ada
karena telah diwakili oleh vektor-vektor komponennya. Sebagai contoh, ketika
Anda menguraikan sekarung beras 50 kg menjadi dua karung dengan masing-masing
20 kg dan 30 kg, apakah karung yang berisi 50 kg tetap ada? Gambar 10 memperlihatkan sebuah vektor
A yang diuraikan menjadi dua buah vektor komponen, masing-masing berada pada
sumbu-x dan sumbu-y. Ax
adalah komponen vektor A pada
sumbu-x dan Ay adalah
komponen vektor A pada
sumbu-y.
2) Menjumlahkan Vektor Melalui Vektor-vektor Komponennya
Menjumlahkan
sejumlah vektor dapat dilakukan dengan menguraikan setiap vektor menjadi
komponen-komponennya ke sumbu-x dan sumbu-y pada koordinat kartesius. Metode
seperti ini disebut metode uraian. Berikut adalah tahapan-tahapan untuk mencari
besar dan arah vektor resultan dengan metode uraian.
a) Buat koordinat kartesius x-y.
b) Letakkan titik tangkap semua vektor pada titik asal
(0,0). Hati-hati, arah vektor tidak boleh berubah.
c) Uraikan setiap vektor, yang tidak berimpit dengan
sumbu-x atau sumbu-y, menjadi komponen-komponennya pada sumbu-x dan sumbu-y.
d) Tentukanlah resultan vektor-vektor komponen pada
setiap sumbu, misalnya:
ΣRx = resultan vektor-vektor komponen pada sumbu x.
ΣRy = resultan vektor-vektor komponen pada sumbu-y.
e) Besar vektor resultannya:
GAYA
Konsep gaya-gaya
dan komposisi serta resultan gaya merupakan dasar dari mekanika. “Gaya merupakan interaksi yang terjadi antara benda-benda. Interaksi
tersebut yang mempengaruhi bentuk atau gerak, atau keduanya, pada benda yang
terlibat”
(Schodek, 1998: 42).
Gaya
merupakan kekuatan yang dapat membuat benda yang dalam keadaan diam bergerak.
Jika sebuah benda diam diberikan gaya tertentu, baik didorong, diangkat, maupun
ditarik, benda akan berpindah sesuai dengan besarnya gaya yang diberikan
kepadanya (Wesli, 2010: 3). Benda (titik materi) yang menerima gaya dapat
bergerak baik dari diam maupun dari gerak lambat menjadi lebih lambat maupun
lebih cepat (Murfihenni, 2014: 27).
Gaya
yang bekerja pada benda disebut aksi dan respon benda terhadap gaya tersebut
adalah reaksi. Reaksi adalah perlawanan terhadap gaya yang bekerja. Pada
dasarnya besar reaksi sama dengan besar aksi yang diberikan (Wesli, 2010: 3).
Namun, dalam kasus tertentu adakalanya aksi yang diberikan lebih besar dari
reaksi. Hal tersebut menyebabkan benda bergerak dan berpindah. Tetapi ketika
reaksi lebih besar dari aksi, maka benda akan tetap diam pada tempatnya.
Ilustrasi gaya yang bekerja pada sebuah benda dapat dilihat pada Gambar aksi dan reaksi berikut:
Pada Gambar
di atas terdapat gaya reaksi dan aksi yang saling berlawanan. Akibat adanya
aksi terhadap benda, maka terjadi perpindahan tempat dari posisi 1 ke posisi 2.
Benda berpindah karena aksi lebih besar dari pada reaksi. Namun jika aksi sama
besarnya dengan reaksi maka benda akan tetap diam. Reaksi berasal dari gaya
gesekan antara berat benda dengan lantai tempat benda tersebut berada.
Dalam kaitannya dengan
konstruksi bangunan, gaya diartikan sebagai muatan yang bekerja pada konstruksi
tersebut. Gaya tidak bisa dipisahkan dari konstruksi itu sendiri, karena gaya
bisa berasal dari bangunan itu sendiri, seperti: berat sendiri bangunan, berat
benda yang berada di atasnya atau yang menempelnya, atau yang berasal dari luar
bangunan itu sendiri, seperti: tekanan angin, gempa, perubahan suhu dan
pengaruh pengerjaan (berat pekerja) (Murfihenni, 2014: 27-28).
MOMEN
“Momen (M) adalah
besarnya gaya dikalikan dengan jaraknya”. Berarti, momen terjadi akibat gaya yang bekerja
pada suatu titik mempunyai jarak tertentu dari titik tersebut. Sehingga satuan
momen adalah satuan gaya dikalikan
dengan jaraknya (t.m, kg.m, kg.cm, dsb) (Wesli, 2010: 9). Ilustrsi gambar momen
dapat dilihat pada Gambar a. Jarak yang dimaksud adalah jarak tegak lurus
dengan gaya tersebut seperti yang diilustrasikan pada Gambar b (Murfihenni, 2014: 36).
Pada Gambar a, P adalah gaya yang bekerja pada titik B. Gaya P
mempunyai jarak tertentu dari titik A yaitu L, sehingga menyebabkan momen
terjadi pada titik A. momen yang terjadi pada titik A dan B dapat dinyatakan
seperti berikut:
MA
= P.L (+)
MB
= 0
|
Pada Gambar b momen yang gayanya berputar searah jarum jam diasumsikan
sebagai momen positif. Sehingga momen di titik A bertanda positif karena arah
putarannya searah dengan jarum jam. Sedangkan momen pada titik B (Gambar a)
adalah nol karena tidak ada jarak antara posisi gaya P dengan titik B (Wesli,
2010: 10).
Pada kondisi lain, jika yang ditinjau adalah P’ maka
momen yang terjadi pada titik A adalah bertanda negatif (Gambar a).
Karena arah putaran P’ berlawanan dengan arah putaran jarum jam. Secara
ringkas, tanda momen positif dan momen negatif sesuai arah putarannya dapat
dilihat pada Gambar c. Momen negatif dapat dinyatakan sebagai berikut:
MA
= P’.L (-)
MB
= 0
|
“Besarnya
momen yang bekerja pada suatu titik yang menerima momen, sangat bergantung pada
besarnya jarak terhadap titik yang menerima momen tersebut. Semakin besar jarak
gaya maka semakin besar momen yang terjadi”.
MOMEN
KOPEL
Di
samping momen yang bekerja pada suatu titik, terdapat juga momen kopel. “Momen kopel adalah momen yang diakibatkan oleh adanya dua buah gaya
yang sejajar, memiliki besar yang sama, tetapi
arahnya berlawanan”. Momen kopel dapat diilustrasikan seperti pada Gambar.
TUMPUAN
“Tumpuan merupakan tempat perletakan suatu konstruksi.
Tumpuan memberikan dukungan bagi konstruksi untuk menahan gaya dan
meneruskannya ke pondasi”. Terdapat tiga jenis tumpuan yang dikenal dalam ilmu
mekanika rekayasa seperti: tumpuan sendi, tumpuan rol, dan tumpuan jepit
(Wesli, 2010: 11).
a.
Tumpuan
Sendi
Tumpuan
sendi adalah tumpuan yang dapat menahan gaya yang bekerja secara vertikal dan horisontal.
Berarti tumpuan sendi mampu memberikan reaksi arah vertikal (RV) dan
reaksi arah horisontal (RH). Tumpuan sendi biasa disebut sebagai
tumpuan engsel, karena cara kerjanya mirip dengan cara kerja engsel. Meskipun
dapat memberikan RV dan RH, tumpuan sendi tidak bisa
menahan momen. Itu berarti bahwa jika suatu gaya yang bekerja pada suatu benda
mempunyai jarak tertentu dan bekerja secara tegak lurus terhadap tumpuan, maka
tumpuan sendi tidak bisa memberikan reaksi perlawanan (Wesli, 2010: 11).
Ilustrasi tumpuan sendi dapat dilihat pada Gambar.
b. Tumpuan
Rol
Tumpuan
rol adalah tumpuan yang dapat menahan gaya vertikal tetapi tidak bisa menahan
gaya horisontal. Gaya yang bekerja secara horisontal akan menyebabkan tumpuan
rol bergeser ke arah horisontal. Hal itu disebabkan karena pada tumpuan
rol terdapat roda yang dapat bergeser. Pemberian roda tersebut berfungsi untuk
mengakomodir pemuaian yang biasa terjadi pada konstruksi. Tumpuan rol juga
tidak bisa menahan momen. Berarti bahwa tumpuan rol hanya dapat memberikan
reaksi vertikal (RV). Ilustrasi tumpuan rol dapat dilihat pada Gambar (Wesli, 2010: 11-12).
c. Tumpuan
Jepit
Tumpuan
jepit adalah tumpuan yang dapat menahan gaya vertikal, horisontal, dan momen.
Berarti tumpuan ini dapat memberikan reaksi vertikal (RV), reaksi horisontal
(RH), dan reaksi terhadap perputaran momen. Tumpuan jepit berupa
balok yang terjepit pada tiang (kolom) seperti pada Gambar (Wesli, 2010: 12).
MUATAN
Dalam
ilmu mekanika rekayasa gaya biasa diartikan sebagai beban. Beban ini berasal
dari luar maupun dari dalam suatu konstruksi (contoh: berat sendiri). Beban
luar yang bekerja pada suatu konstruksi disebut sebagai muatan. Seacara umum,
muatan yang bekerja pada suatu konstruksi terdiri dari dua jenis, yaitu: muatan
terpusat dan muatan merata. “Muatan
terpusat adalah beban yang bekerja secara terpusat pada satu titik. Muatan
terbagi rata adalah muatan yang bekerja secara merata di sepanjang
balok tergantung dari panjangnya”.
Selain
itu, muatan juga dikategorikan sebagai muatan tetap dan muatan bergerak (muatan
sementara). Muatan tetap adalah muatan yang selalu bekerja pada suatu bidang
dan tidak berubah-ubah baik besarnya maupun kedudukannya (letaknya). Sedangkan
muatan bergerak adalah muatan yang besar dan letaknya selalu berubah-ubah
(Wesli, 2010: 12-13).
DAFTAR PUSTAKA
Murfihenni, Weni. 2014. Mekanika Teknik. Jakarta: Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan
Republik Indonesia.
Schodek, Daniel L. 1998. Struktur. Terjemahan Bambang Suryoatmono. Bandung: PT. Refika
Aditama.
Sukanto.
2006. Dasar-dasar Perhitungan Statika.
Yogyakarta: ANDI.
Sutarman,
E. 2013. Konsep dan Aplikasi: Pengantar
Teknik Sipil. Yogyakarta: ANDI.
Wesli.
2010. Mekanika Rekayasa. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Comments